Dec 4, 2025

Happy Birthday, Al

Hi Al, 

Ibu baru keingetan belum pernah post tentang kamu moving out karena kuliah ke Bandung ya. One year ago hehehhe
Padahal, sama seperti pas Mbak Shifa pindah ke Surabaya,  Ibu felt like some part of my soul has gone.
Terimakasih ya sudah mengisi hari-hari ibu. You always make my day! on your own ways :D. Kadang buat Ibu stress, tapi lebih sering buat ibu ketawa dan bahagia siy.

Di hari ini, dan di hari2 lainnya juga sebenernya, Ibu memohon ke Allah untuk selalu meridhoi hidupmu, memberi keberkahanNya dan membimbing jiwa Al selalu dalam keimanan, kepatuhan dan ketaatan hanya kepadaNya.
Maafin Ibu ya Al. Atas semua kekurangan Ibu..Sering gak sabar, not fun, dan sering tidak appreciate many things yang Al lakuin. 

Pesan ibu, Al selalu berusaha untuk berbaik sangka ke Allah. He is the Best Planner, dan semua plan-Nya adalah untuk kebaikan kita. Whatever it is. Bisa jadi menurut kita itu suatu keburukan. Tapi yakinlah Allah mengijinkan itu terjadi dengan tujuan untuk kebaikan kita. 

I love you full 
 

Aug 18, 2022

Belahan Jiwa Ibu mulai kuliah

Aku yakin Engkau akan menjaganya,

Aku yakin Engkau akan membimbing jiwanya…


Karena sejatinya…

Engkau pemiliknya,

Engkau jauh lebih mencintainya, jauh lebih menginginkan kebaikan baginya…

Dibandingkan hamba,

 dibandingkan dirinya sendiri…


Mohon jaga dan bimbing ia ya Allah,

dalam setiap helaan nafasnya, 

setiap lintasan pikirannya,

 setiap langkahnya…

Terimakasih 


Note:

Ini hari Inaugurasi Shifa di Universitas Airlangga, 18 Agustus 2022

May 28, 2022

Meises itu Ceres

Di awal kami tinggal di Singapura, pada suatu waktu temen kantor ku memperhatikan roti yang aku bawa untuk sarapan di kantor. Roti tawar biasa, dioles Blue Band eh mentega 😆, ditaburi meises.

Dia komentar, “in here, we’re never eat bread with that chocolate sprinkle”

Oh, aku cuma ketawa plus komen (dalam hati)…”wuaneh hehehe…”

Sampai suatu waktu keabisan stok meises yang kami bawa dari Indonesia. Nanya Fenny, the first and the only friend at that time hehehe…

“Loe musti cari di toko bahan kue. Kalaupun ada di supermarket, ada di section bahan kue, dan packnya pun besar. Karena disini dipake untuk hiasan kue biasanya…”

“Ohhh…pantes aja temen kantor gue aneh liat roti yang gue bawa yak hehehe”


Sejak itu kita selalu bawa meises kesini kalau ada kesempatan pulang ke Indonesia. Selain karena gak semua supermarket jual, meises sini juga gak ok lah kualitasnya dibanding Ceres. Bulir-bulirnya gak shiny kayak Ceres 😋. Slogan emak, Meises itu Ceres dan Ceres itu Meises (dan Silver Queen 🍫). Sampe pernah satu kali Al nanya, “bu, meises itu bahasa Inggris nya apa?”

Aku dengan nyantai, “ Apa ya…Ceres mungkin wkwkwk “

Dia sampai googling loh darimana itu kata “meises” hehehe. Btw, udah tau belum asal muasal meises di Indonesia?


Waktu berjalan, bertahun2 kemudian, kejadian yang sama berulang. Kali ini Althaf. 

Dia ada acara jalan2 dengan temen2 nya. Aku bawain roti tawar dengan cokelat ‘puruluk’* alias meises. 

Pulangnya dia cerita,”temenku ngetawain bekel aku. Kok aneh, sandwich isinya cholocate sprinkel 😅

Aku cuma komen, “Teman kamu orang lokal SG semua khan? Makanya mereka gak tau, that’s Indonesian prepare their sandwich hahaha”



*aku tau istilah coklat puruluk pas ikut kegiatan Paskibra jaman SMA di Bandung 



Dec 28, 2021

Siapa yang paling disayang Ibu?

Terdengar pintu rumah dibuka dari luar. Lampu ruang keluarga menyala. Dan dari ruang keluarga mulai terdengar percakapan.

Horeee…mereka sudah kembali dari liburan. Rumah tidak akan sepi lagi setelah ini.

Hampir dua minggu ini rumah sepi karena seisi rumah berlibur ke Indonesia.

 

Esok harinya, suasana rumah kembali seperti biasa. Sesekali terdengar suara Ibu, Ayah, Shifa, dan Al dengan kegiatan mereka masing-masing.

Menjelang sore, Ibu membuka lemari dan menata baju-baju yang sudah dilipat. Ibu hari ini tampaknya sibuk mencuci dan membereskan pakaian-pakaian yang dibawa selama liburan.

Kemudian Ibu meletakkan satu helai kain di antara kami. Warnanya broken white, dengan hiasan gambar bunga berwarna merah cenderung marun. 

“Halo…saya Tanjung Bumi, berasal dari Bangkalan, Madura. Ibu membawa saya pulang sewaktu berkunjung ke Pulau Madura”.Batik Tanjung Bumi menyapa pendatang baru itu.

“Oh, halo…saya Gajah Oling, dari Banyuwangi. Perempuan itu membeli saya di Sentra Batik Desa Tampo, Banyuwangi.”

“Kami memanggilnya Ibu..,” kata saya mengoreksi Batik Gajah Oling, yang menyebut Ibu dengan sebutan “Perempuan itu”. 

Kami pun kemudian larut dalam perbincangan.

 

Saya Batik Jlamprang, berasal dari Pekalongan. Bolehdibilang saya termasuk kain-kain pertama yang dimiliki Ibu. Saya diberikan ke Ibu sebagai salah satu hantaran pernikahan beliau dengan Ayah. 

Seperti sebagian besar kain dari Jawa Tengah, warna saya cenderung gelap. Hanya nuansa coklat dan hitam.

Terkadang saya merasa Ibu lebih menyukai kain-kain lainnyayang lebih baru, dengan warna yang lebih cerah atau lebih elegan.

Atau Ibu sepertinya lebih menyayangi Kain Tenun Endeyang dibawa Ayah sebagai souvenir sewaktu Ayah melakukan perjalanan dinas ke Ende, Nusa Tenggara Timur.

Atau Ibu menyukai Kain Jumputan Palembang? Kain itu diberikan oleh Mama beliau, sebagai warisan turun temurun dari keluarga Papa yang berasal dari Palembang.

Mungkin juga Ibu menyukai Batik Banyumas dengan motif dan warna yang cantik itu?

Saya terkadang penasaran, siapa ya yang paling disayang Ibu? 

 

Keesokan harinya, Ibu masih mengambil cuti dari pekerjaannya. Beliau membuka kembali lemari tempat kami disimpan, dan mengeluarkan kami satu per satu. 

Ini waktu yang kami tunggu-tunggu. Ibu membuka lipatan kami dan menggantungkan kami di udara terbuka.

Mengapa Ibu suka membeli kain setiap kita berlibur ke daerah-daerah di Indonesia?”, tanya Shifa sambil memerhatikan Ibu menata kami di jemuran.

“Budaya bangsa Indonesia sangat kaya, Mbak, dengan begitu banyak suku-suku, serta adat kebiasaannyaTiap daerah mempunyai kain dengan kekhasan tersendiri. Dari coraknya, warnanya, bahannya, teknik pembuatannya. Bahkan coraknya pun mempunyai makna-makna berbeda.”

Ibu melanjutkan, “dengan memiliki kain-kain ini, selain memang sangat cantikIbu berharap budaya ini akan terus terjaga.”

“Kalau begitu, dari semua ini which one you love the most?” tanya Shifa lagi.

Mendengar pertanyaan ini, kami serentak menatap Ibu.

Hmmm..tidak ada” jawab Ibu.

Semua terdiam. Kami tidak berani menatap Ibu. Jadi…jadi..selama ini…

“Karena Ibu mencintai semua ini very very very much hehehhe”Ibu dan Shifa tertawa bersama. 

Yeayy…kami semua bersorak gembira mendengar jawaban Ibu.

Mulai saat ini, saya tidak penasaran lagi, karena tau, Ibu menyayangi kami semua

 

Judul: Siapa yang paling disayang Ibu?

Amalia Tristiana – KCBI Cabang Singapura


Notes:

Ini tulisan ku di Lomba Menulis memperingati Hari Batik Nasional 2021 yang diselenggarakan oleh KCBI.


Aku gabung KCBI atau Komunitas Cinta Berkain Indonesia atas ajakan Ninda. Menarik juga, aku pikir..karena sebelumnya bagi aku memakai kain itu = kondangan hahahaha. Padahal, kalau kreatif cara makenya..ya gak jauh beda dengan rok panjang atau celana panjang. Apalagi motif dan jenis kain Nusantara cantik2 banget!


Oh ya, di Lomba itu tulisan ku dapat juara ke-3 loh :D

Hadiahnya lukisan karya Ibu Ina Rachma dan… kain batik cantik tentu saja!



Ini penulis cerita dengan hadiah kain dan lukisan...lol