Minggu ini ada dua pelajaran penting yang aku dapatkan selama perjalanan rumah-tempat kerja. Dan keduanya dari anak kecil.
1. Dalam bus pulang kerja,di tengah perjalanan naik seorang kakek dan satu anak umur 5 tahunan. Dari baju yang dipakai si anak, kemungkinan besar dia dijemput si kakek dari child care centre.
Di Singapore sini sudah umum anak-anak dititipkan ke lembaga penitipan anak (child care centre),terutama yang ibunya bekerja. Diantar pagi hari, dan dijemput sore hari sepulang orangtuanya bekerja. Beberapa dijemput oleh kakek/neneknya di sore hari.
Sepanjang perjalanan, si kakek terus memarahi si anak, dengan kata-kata dan nada suara yang menurutku terlalu kasar. Bahkan untuk orang dewasa, kata-katanya gak pantas sama sekali, apalagi ke anak-anak.
Sepertinya beberapa penumpang lain berpendapat yang sama. Mereka terlihat mencuri pandang ke arah mereka berdua, dengan sorot mata kasihan ke si anak atau sorot mata protes ke si kakek.
Aku lihat si anak diam, dengan ekpresi wajah sedih.
Besok paginya, ternyata aku bertemu lagi dengan mereka di bus stop tempat aku naik bus menuju kantor.
Tapi..masya Allah...si anak terlihat bersemangat bercerita sesuatu dengan si kakek dengan ekspresi wajah gembira, dan si kakek pun menanggapinya dengan tersenyum-senyum.
Ah, nak...begitu beningnya hatimu...sehingga begitu cepat rasa sedihmu menguap...hanya dalam hitungan jam. Tidak ada lagi sedih,apalagi marah ke kakekmu.
2. Di bus interchange dekat tempat kerja, beberapa kali sepulang kerja aku melihat anak perempuan ini. Kakinya tidak normal bentuknya, sehingga dia berjalan dengan bertumpu hanya pada kaki kanan, sedangkan kaki kirinya diseretnya. Umurnya mungkin 12-13 tahunan.
Sore itu, aku melihat dia lagi berjalan di depanku. Kali ini dia berjalan lebih cepat, mungkin dia melihat jadwal yang ada di layar tv di terminal bus menunjukkan busnya akan segera datang.
Tapi tetap saja, secepat-cepatnya dia berjalan, si maknyak ini in her forties, masih bisa menyalipnya, dan sampai duluan ke berth (jalur) tempat bus yang biasa aku naikin.
Aku melihat dia terus berjalan tergesa-gesa, tapi...Masya Allah, ekpresi wajahnya terlihat gembira aja tuh. Padahal aku dan ada beberapa orang dewasa yang berpapasan dengan dia mencuri pandang dengan tatapan kasihan.
Dia terlihat tertawa-tawa kecil, dengan sedikit keringat di wajahnya...seperti layaknya anak-anak yang malah tertawa senang main kejar-kejaran.
Ah,nak...begitu banyak pundi-pundi rasa syukur di hatimu...kaki-ku memang lebih sempurna, tapi jiwaku masih sering berkeluh kesah.
Jiwamu jauh lebih sempurna. Tidak ada keluh kesah, tidak ada rasa sedih dengan kondisimu yang berbeda...
Karena Tuhan memang tidak akan salah mencipta, ciptaanNya semua sempurna...dalam caraNya.
Thanks kids for these precious lessons about life 😍
No comments:
Post a Comment