Jan 4, 2016

Kapan terakhir ke pasar tradisional?

Saya dua tahun yang lalu, sebelum pindah ke rumah yang sekarang.
Dan Saya kangen berat dengan suasana itu.
Dimana kita kontak langsung dengan si penjual,yang sebagian besar juga sebagai pemilik modal...menyapa, bertukar cerita.

Saya ingat betul pada saat itu saya punya langganan penjual telur . Penjualnya seorang Ibu. Dari banyaknya telur yang dijual, bisa dibilang modalnya gak terlalu besar. Dan dia bukan satu-satunya penjual telur di Pasar itu. Ada satu kios kelontong yang juga menjual telur, dan si Ibu ini pendatang baru pula di Pasar itu.
Tapi itu tidak menghalangi dia. Semua pengunjung pasar yang melirik ke pasarnya di tegurnya dengan senyum, mau beli atau gak. 
Ada saja obrolan kami setiap saya mampir, tentang Anak-anak, suaminya yang pegawai biasa, tempat tinggal, sampai tentang hujan yang gak datang2 :)
Dari yang awalnya kasihan, lama-lama seperti menjadi first choice tempat beli telur. Saya merasa 'lebih manusia' karena berinteraksi dengan manusia juga. Bukan dengan angka2 harga di depan barang..

Sayang, di tempat tinggal saya sekarang...itu semua sudah digantikan dengan mall dengan 24 jam toko kelontong :(

No comments: