Mama dioperasi di Singapore General Hospital Senin, 29 Feb 16.
Ada tumor di rahimnya dengan ukuran cukup besar, sehingga dokter menyarankan rahim dan indung telur untuk diangkat.
Walaupun ini operasi pertama dalam hidupnya, mama cukup kuat dan kooperatif.
Ada tumor di rahimnya dengan ukuran cukup besar, sehingga dokter menyarankan rahim dan indung telur untuk diangkat.
Walaupun ini operasi pertama dalam hidupnya, mama cukup kuat dan kooperatif.
Ada satu obrolan di sela-sela kunjungan ku selama mama dirawat di rumah sakit, yang selalu teringat sampai saat ini.
"Kalau mama merasa nyeri, jangan lupa pencet tombol ini," sambil menunjuk satu alat yang memompakan sejenis morfin dosis rendah yang disambungkan ke saluran infus.
"Gak, Mel. Kalau masih bisa ditahan, mama tahan aja."
"Lah...kenapa?"
"Nanti kalian bayarnya mahal. Tadi pagi mama lihat botolnya diperiksa, dan perawatnya mencatat. Kayaknya kalau sudah habis mereka akan ganti yang baru, dan akan dicharge tambahan."
Untuk beberapa saat, aku gak bisa jawab apa-apa. Sesak rasanya, menampung keharuan. Jika dalam sakitnya saja, dia memikirkan kami. Apalagi dalam sehatnya?
Masya Allah, malu rasanya aku. Dengan semua perilaku dan pikiran yang tidak pantas terhadap mama, sejak dulu sampai sekarang.
Mungkin analisa mama itu benar. Tapi...Semua pengorbanan kami ini, tidak sebanding dengan apa yang ia lakukan. Sangat tidak sebanding. Dan tidak akan pernah sebanding.
Be blessed and always be a blessing, ya Ma
Mama dan Alek yang datang menjenguk
No comments:
Post a Comment