Jan 18, 2016

Kami tidak takut atau Kami tidak tau?

Mudah-mudahan ini aku yang salah;
gak mengikuti berita secara berimbang tapi sudah kasih komentar.

Mengikuti berita kejadian teror tanggal 14-Jan-16 kemaren di Jakarta, aku pikir sudah saatnya dilakukan sosialisasi besar-besaran tentang apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam kejadian seperti itu.
Massa berkerumun mendekati lokasi, padahal polisi belum menyatakan suasana clear. Gimana kalau ada bom berikutnya meledak? Gimana kalau massa yang berkerumun malah dijadikan sandera?

Mudah-mudahan ini aku yang salah;
gak mengikuti berita secara berimbang tapi sudah kasih komentar.
Ada juga baca tentang hebohnya sosmed tentang polisi ganteng, dengan sepatu dan tas nya yang branded. Yang dibahas bukan tanggapnya para polisi itu menangani situasi.

Intinya sih... it's good gak terlalu panik dengan kejadian seperti itu. Tapi tetap harus aware bahwa niat mereka gak main-main. Kami tidak takut...setelah itu bukan titik. Kami tidak takut, karena kami tau (apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan).

It's good to always expect the best...but we must prepare for the worst. Be blessed, Indonesia!

Jan 16, 2016

Kampung terakhir di Singapura

Pas browsing jalur-jalur trekking di Singapura, dapat artikel tentang last kampong in Singapore. Kampong Lorong Buangkok namanya. Dan ternyata itu lumayan dekat dari rumah. Lokasi persisnya di Gerald Drive, Singapore.

Aku sempetin ke sana January tahun lalu. Lihat-lihat suasana disana, benar2 amazed. Masih ada toh suasana kampung yang masih tertinggal disini..Kontras dengan hiruk pikuk Singapura dengan kemodern-annya.

Kalau dari situs yang aku baca (http://remembersingapore.org/kampong-lorong-buangkok/), keseluruhan tanah di kampung itu milik perorangan. Penduduk di situ menyewa secara bulanan.
Mudah-mudahan saja si Tuan Tanah ini gak berminat untuk menjualnya untuk dijadikan tempat ini tempat yang lebih modern.

Walaupun aku sih pesimis tentang hal ini. Karena sekarang aja, lingkungan itu seperti 'barang aneh'. Di sekelilingnya perumahan modern, ada jogging track yang menghubungkan antar taman (park) yang ada (disini disebutnya Park Connector Network). Kemudian tidak jauh dari situ ada jalan raya. Tentu harga tanahnya bisa tinggi banget kalo dijual.

That's why, sebelum tempat itu punah, aku abadikan aja di sini :)

Foto 1. Jalan masuk ke perkampungan, dengan latar belakang apartemen-apartemen yang jauh lebih modern


Foto 2. Surau (Mushola) Al-Firdaus. Pada saat kesana di pagi hari, tidak terlihat penduduk di sekitar situ. Dan mushola pun terkunci



Foto 3. Nama jalan pun masih dengan kode pos jaman baheula, 4 angka saja :)


Foto 4. Salah satu rumah penduduk. Hmm...serasa di dunia lain heheheh

Untuk foto-foto lainnya, bisa go to my flickr ya...:D

Jan 12, 2016

Technology (not always) connecting people

Inget slogan Nokia: Connecting People?
Kalo dikenang-kenang runutan dari masa ke masa...memang bener, technology connecting people.
Aku ambil pengalaman pribadi aja.
Di tahun 70an, komunikasi dengan papa yang bertugas di lain kota kami lakukan via telegram. Kalaupun telpon, kita menelepon lewat operator. Di situlah aku kenal beberapa kata singkatan yang digunakan dalam telegram, untuk menghemat biaya. Karena biaya telegram berdasarkan jarak dan jumlah kata.
Yang paling aku inget; kata harini untuk menyingkat hari ini menjadi satu kata. Gak jelas juga apa ybs, dkk juga salah satu singkatan untuk bertelegram wkwkwk.

Terus berkembang lagi. Kita bisa interlokal langsung tanpa lewat operator. Trus tumbuh banyak wartel, happy hour interlokal (jam 10 mlm sampe 6 pagi). Aku inget dulu aku menelepon rumah dari Surabaya, pagi-pagi subuh jalan ke wartel.

Trus adalagi komunikasi pakai pager. Lucu juga. Kita mau komunikasi ke orang tapi musti lewat orang lain, gak kenal pula :D

Trus jreng..jreng...handphone tercipta, ber evolusi menjadi smartphone dg fasilitas facetime atau video call.
Komunikasi bukan cuma tulisan, atau suara, tapi se wajah2 nya ada!
Aku suka seneng kalau liat domestic worker, pekerja2 asing disini yang ngobrol dengan keluarganya lewat video call. Melihat raut muka happy mereka, bisa ngobrol dengan keluarga yang tinggal ribuan kilometer, yang harus ditinggalkan karena alasan ekonomi.
Alhamdulillah...technology indeed connecting people.

Tapi, apa iya? Gak semua sih.

Ruang tunggu apa aja sekarang sebagian besar ada tv. Cenderung orang-orang nonton tv dibanding ngobrol, ibu-anak, suami-istri.
Di beberapa jalan raya disini, di depan lampu lalu lintas nya ada LCD besar dengan beraneka iklan. Sama juga. Kita lebih tertarik lihat itu

Yang paling ganggu pikiran ku adalah ada tv commercials juga di lift lobby di kantor yang lama. Yang tadinya kita bisa ber-haha hihi selama nunggu, aku perhatikan semenjak ada lift disitu, orang2 malah tertarik untuk lihat itu. No more chitchat atau sekedar bertegur sapa.
Yup...technology akhirnya not always connecting people.

Oh ya satu lagi. Di halte bus. Disini sekarang orang-orang cenderung mengandalkan applikasi bus service. Gak perlu lagi nanya-nanya orang lain; bus ini udah lewat belum ya. Lihat aja ndiri di apps nya..disitu malah dikasih tau kapan bus akan nyampe halte itu, penuh atau gak..
Hmmm..semua balik ke kita.

Jan 10, 2016

Aku si juragan sampah

Orang-orang di sekitar perumahan memanggilku begitu. Karena aku menerima jasa jemput sampah2 yg bisa di recycle: sampah organik, botol2 plastik, dan sachet bekas bungkus makanan atau refill sabun, shampoo, dan lain-lain.
Kemudian diolah menjadi berbagai produk layak jual.

Aku dan asisten secara rutin menyebarkan brosur tentang kegiatan recycling ini. Yg isinya tentang:
1. Misi dan tujuan kegiatan kami men gumpulkan sampah-sampah tsb
2. Bagaimana menyortir sampah organik, sampah sachet dan botol plastik bekas, dari semua jenis sampah rumah tangga.
3. Alamat dan nomor kontak yang bisa dihubungi untuk mengambil hasil sortiran sampah

Kalau sampah2 itu sudah cukup banyak terkumpul, mereka tinggal sms ke nomor kontak kami. Dan akan dibales dg konfirmasi tgl dan waktu pengambilan.

Sampah2 itu dibawa ke rumah ku yang merupakan kantor operasional. Yang sampah organik dijadikan kompos. Sedangkan sampah berupa plastik dibuatkan berbagai produk, seperti tas, vas bunga, alas gelas, dan lain-lain.
Pemasaran sendiri melalui pameran-pameran dan toko online.

Pekerja-pekerja di usahaku ini sebagian besar adalah ibu-ibu yang tinggal di perkampungan dekat perumahan. Lumayan untuk membantu keuangan rumah tangga mereka. Masih punya anak kecil? Gak masalah, disitu disediakan tempat penitipan anak, dengan fasilitas perawatan dan belajar yang memadai. Sehingga mereka bisa bekerja dengan rasa tenteram.

Bagaimana dengan penyumbang sampah-sampah tadi? Oh, mereka boleh mendapatkan kompos gratis dan membeli produk dengan diskon khusus.

Sekian dulu sharing angan-angan nya. Please make wishes for me to make this happened...:D

Hidupkan selalu niat-niat kebaikan; biar ia menghadap Allah, mengetuk pintu-pintu karunia yang memampukan kita mewujudkannya. ~ Salim A.Fillah