May 12, 2013

Maafkan aku..wahai Anakku..

Kuantar engkau tidur malam ini....
seperti biasa,
bersama kita ucapkan do'a sebelum tidur
sambil tanganmu melingkar di leherku
engkau tersenyum....
matamu menatapku bening.... dan bahagia

sudah kau lupakan sedihmu tadi pagi....
saat aku marah
karena engkau tidak menuruti perintahku
kulontarkan anak panah tajam kata-kata mengkritikmu...
berapa banyak nak...
kata kata tajam yang menancap di hatimu
hingga hatimu terluka....
tapi engkau tidak kesal padaku
engkau tiada kesal padaku jua...

padahal tadi siang aku menatapmu dengan panasnya amarah
hanya karena masalah sepele
yang bahkan akupun tahu engkau tak bermaksud melakukannya
berapa banyak benih cinta di dalam ladang hatimu yang hangus karena tatapanku nak...
tapi engkau tak pernah jera untuk mencintaiku...

sementara tadi sore .....
engkau tertunduk,
saat aku tuding engkau ......
sebab kurasa engkau tak pernah memperhatikan kata kataku...
tembuskah tombak telunjukku menusuk jantungmu nak...
masih tetap engkau mencari aku untuk memelukmu...

sesudah saat makan malam tadi
aku menghukummu saat kau tak menghabiskan makananmu
yang kubilang telah aku buat dengan susah payah
menyusutkah rasa sayang dalam kantong jiwamu karenanya nak....

malam ini kutemani engkau tidur seperti biasa
bersama kita ucapkan do'a sebelum tidur
sambil tanganmu melingkar di leherku
engkau tersenyum....
matamu yang mengantuk ....
menatapku...
bening....dan bahagia

airmataku meleleh... saat engkau terpejam
dengan senyummu yang masih dibibir
dan tanganmu masih memeluk leherku

aku mohon maaf nak...
aku mohon maafmu nak....
ajari aku mencintaimu...
seperti engkau mencintaiku

NOTE :
Subhanallah.......
sering kita mencari seperti apa jiwa-jiwa pemaaf....
ternyata Allah menunjukkan pada kita
ada jiwa pemaaf yang dekat dengan kita....
anak-anak kita....

catatan kh. abdullah gymnastiar 29072010
re-write dari note-nya Aleksander Hartawan

May 4, 2013

Rabbi, bangunkan untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu

"Rabbi, bangunkan untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; biar ia menjadi tempat berteduh jiwaku dari terik & derasnya arus dunia
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; biar ahli dunia berebut istana; cukup bagiku majelis kecil padaMu bermesra
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; biar di sana tersimpan segala puji yang orang beri & aku tak layak menerima
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; jika lelah-lukaku, pedih-galauku, & lara-dukaku untukMu; di sanalah rehatku
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; agar aku yakin selalu; dunia ini persinggahan sejenak, seberangan selintas
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; yang sejak kini telah jadi peraduan hati, memulihkan taatku setiap tertatih
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; janganlah kelaliman durjana & khianat kekasih membatalkan imanku & rahmatMu
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu satu rumah di surga itu"; bimbing aku mengetuk-ngetuk pintunya sejak kini; dengan bakti tak henti-henti.
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; jadikan shalawatMu sebagai pokoknya, ridhaMu pilarnya, rahmatMu penaungnya
"Rabbi, bangun untukku di sisiMu sebuah rumah di surga itu"; demikian doa Asiyah yang mulia, istri Fir'aun si durjana; kami hayati makna

--Taken from tweets Salim A. Fillah @ salimafillah