Dec 28, 2021

Siapa yang paling disayang Ibu?

Terdengar pintu rumah dibuka dari luar. Lampu ruang keluarga menyala. Dan dari ruang keluarga mulai terdengar percakapan.

Horeee…mereka sudah kembali dari liburan. Rumah tidak akan sepi lagi setelah ini.

Hampir dua minggu ini rumah sepi karena seisi rumah berlibur ke Indonesia.

 

Esok harinya, suasana rumah kembali seperti biasa. Sesekali terdengar suara Ibu, Ayah, Shifa, dan Al dengan kegiatan mereka masing-masing.

Menjelang sore, Ibu membuka lemari dan menata baju-baju yang sudah dilipat. Ibu hari ini tampaknya sibuk mencuci dan membereskan pakaian-pakaian yang dibawa selama liburan.

Kemudian Ibu meletakkan satu helai kain di antara kami. Warnanya broken white, dengan hiasan gambar bunga berwarna merah cenderung marun. 

“Halo…saya Tanjung Bumi, berasal dari Bangkalan, Madura. Ibu membawa saya pulang sewaktu berkunjung ke Pulau Madura”.Batik Tanjung Bumi menyapa pendatang baru itu.

“Oh, halo…saya Gajah Oling, dari Banyuwangi. Perempuan itu membeli saya di Sentra Batik Desa Tampo, Banyuwangi.”

“Kami memanggilnya Ibu..,” kata saya mengoreksi Batik Gajah Oling, yang menyebut Ibu dengan sebutan “Perempuan itu”. 

Kami pun kemudian larut dalam perbincangan.

 

Saya Batik Jlamprang, berasal dari Pekalongan. Bolehdibilang saya termasuk kain-kain pertama yang dimiliki Ibu. Saya diberikan ke Ibu sebagai salah satu hantaran pernikahan beliau dengan Ayah. 

Seperti sebagian besar kain dari Jawa Tengah, warna saya cenderung gelap. Hanya nuansa coklat dan hitam.

Terkadang saya merasa Ibu lebih menyukai kain-kain lainnyayang lebih baru, dengan warna yang lebih cerah atau lebih elegan.

Atau Ibu sepertinya lebih menyayangi Kain Tenun Endeyang dibawa Ayah sebagai souvenir sewaktu Ayah melakukan perjalanan dinas ke Ende, Nusa Tenggara Timur.

Atau Ibu menyukai Kain Jumputan Palembang? Kain itu diberikan oleh Mama beliau, sebagai warisan turun temurun dari keluarga Papa yang berasal dari Palembang.

Mungkin juga Ibu menyukai Batik Banyumas dengan motif dan warna yang cantik itu?

Saya terkadang penasaran, siapa ya yang paling disayang Ibu? 

 

Keesokan harinya, Ibu masih mengambil cuti dari pekerjaannya. Beliau membuka kembali lemari tempat kami disimpan, dan mengeluarkan kami satu per satu. 

Ini waktu yang kami tunggu-tunggu. Ibu membuka lipatan kami dan menggantungkan kami di udara terbuka.

Mengapa Ibu suka membeli kain setiap kita berlibur ke daerah-daerah di Indonesia?”, tanya Shifa sambil memerhatikan Ibu menata kami di jemuran.

“Budaya bangsa Indonesia sangat kaya, Mbak, dengan begitu banyak suku-suku, serta adat kebiasaannyaTiap daerah mempunyai kain dengan kekhasan tersendiri. Dari coraknya, warnanya, bahannya, teknik pembuatannya. Bahkan coraknya pun mempunyai makna-makna berbeda.”

Ibu melanjutkan, “dengan memiliki kain-kain ini, selain memang sangat cantikIbu berharap budaya ini akan terus terjaga.”

“Kalau begitu, dari semua ini which one you love the most?” tanya Shifa lagi.

Mendengar pertanyaan ini, kami serentak menatap Ibu.

Hmmm..tidak ada” jawab Ibu.

Semua terdiam. Kami tidak berani menatap Ibu. Jadi…jadi..selama ini…

“Karena Ibu mencintai semua ini very very very much hehehhe”Ibu dan Shifa tertawa bersama. 

Yeayy…kami semua bersorak gembira mendengar jawaban Ibu.

Mulai saat ini, saya tidak penasaran lagi, karena tau, Ibu menyayangi kami semua

 

Judul: Siapa yang paling disayang Ibu?

Amalia Tristiana – KCBI Cabang Singapura


Notes:

Ini tulisan ku di Lomba Menulis memperingati Hari Batik Nasional 2021 yang diselenggarakan oleh KCBI.


Aku gabung KCBI atau Komunitas Cinta Berkain Indonesia atas ajakan Ninda. Menarik juga, aku pikir..karena sebelumnya bagi aku memakai kain itu = kondangan hahahaha. Padahal, kalau kreatif cara makenya..ya gak jauh beda dengan rok panjang atau celana panjang. Apalagi motif dan jenis kain Nusantara cantik2 banget!


Oh ya, di Lomba itu tulisan ku dapat juara ke-3 loh :D

Hadiahnya lukisan karya Ibu Ina Rachma dan… kain batik cantik tentu saja!



Ini penulis cerita dengan hadiah kain dan lukisan...lol


 

Oct 18, 2021

Un Squid Game

Perbincangan di radio: Penyiar dan Editor Channel TV terkemuka
Aku lupa apa temanya. Yang menarik pada saat mereka diskusi tentang “Per cumi an” itu tuh…
Editor,”sudah nonton Squid Game khan?”
Penyiar, “Hmmm…cuma 20 menit pertama..then stop hehehe”
Editor, “what?? that’s the number one show on Netflix, you know…bla..bla..bla…”

What??? Giliran aku yg kaget. 
Maksudnya, kalau menjadi tontonan nomor satu artinya semua orang harus nonton? 
Dan jadi sesuatu yang aneh (sampe2 si Editor kaget gitu) kalau orang nonton cuma sebentar?
Ini kayak ada ayam goreng rasa baru yang digandrungi kebanyakan orang, dan si Penyiar gak suka banget, jadi cuma makan dikit…trus ditanyain, gile loe makannya cuma dikit…ini paling laris, tau…:)

Aku cuma meringis…Mudah2an ini tidak menggambarkan masyarakat kita saat ini. Dimana, orang dengan mudahnya judge someone hanya karena preferences yang berlainan dengan dirinya atau sebagian besar masyarakat. 
Setiap individu khan punya background, pola pikir, prinsip hidup yang berbeda. Jadi wajar dong kalau punya pilihan yang lain dari kita atau malah sebagian besar masyarakat. 
Aku tambah miris membayangkan perilaku seperti itu yang akan dihadapi anak2 dan young adults lainnya. Kalau mereka belum punya prinsip yang kuat, mereka akan berpikir bahwa ada yang aneh di mereka, karena “berbeda” dari sebagian besar masyarakat.
Ahh…semoga mereka terus diberi kekuatan…Aamiin 

Untung si Editor gak nanyain aku…karena aku gak nonton blasss…hehehehe. Gak minat.
balik ke ayam goreng, si Editor sebaiknya menyadari, bahwa ada orang yang gak suka ayam goreng sama sekali :D

Nov 8, 2020

Althaf Swab Test

11 Jun 20


Masih cerita tentang pandemic.


Althaf agak batuk dan demam. Jadi pagi itu dia gak sekolah dan langsung ke dokter umum (GP) di block sebelah. Karena memang gitu aturannya. Gak masuk sekolah karena sakit harus ada surat dokter.


Ternyata peraturan berubah lagi. 


Pas Ayah demam juga beberapa waktu sebelumnya, diagnosa sama juga ‘acute respiratory symptom’, dikasih 5 days medical leave dan diminta karantina mandiri. 

Pas Althaf, selain dua point itu, dia juga dapat referral letter untuk swab test di polyclinic terdekat. 

Di referral tertulis “SASH (Swab And Send Home)”




Karena aku kerja dari rumah, ya sudah ambil half day leave untuk nemenin dia ke polyclinic. Sampe sana...ternyata hanya pasien ybs yang boleh masuk. Jadi emak luntang lantung diluar heheheh 


Gak nyampe setengah jam, Althaf keluar. Selesai.

“Sakit sih...ditusuk2 gitu lubang hidungnya “ jawab Althaf pas aku tanyain.


Sampai hasilnya keluar, Althaf “by law” harus menjalani self quarantine. Ini beneran, ada tulisan nya di medical certificate, bahwa “by law ordered to stay at home”.

Walaupun kita agak2 yakin lah kalo Althaf termasuk low risk (wong cuma rumah-sekolah doang tiap harinya), tapi tetep aja karena “by law” ini, dia gak boleh keluar rumah.


15 Juni 20 pagi, Althaf dapat sms tentang hasil swab test, ngabarin kalo dia negative of COVID-19. Alhamdulillah.


Di tulisan ini aku mau share Lesson learned yang aku dapat:


  1. sistem yang rapi dan law enforcement yang jelas dan tegas itu kunci.
  2. Sistem disini; cuti sakit hanya dibolehkan berdasarkan medical certificate dari dokter. Artinya...on first day gak masuk sekolah atau kerja kita harus ke dokter. Walaupun mungkin kita merasa masih tahan, tapi tetap gak dianggap cuti sakit kerena gak ada surat keterangan sakit dari dokter. 
  3. Sistem berikutnya, selama pandemi ini berlaku aturan baru, setiap pasien yang datang ke GP (dokter umum) dengan gejala2 gangguan pernafasan, harus diberikan 5 hari cuti sakit dan self quarantine order. Kalau saya lihatnya ini untuk mengantisipasi penularan ke orang lain, kalau ternyata benar terinfeksi COVID-19 
  4. Setelah itu, gak tau apa trigger nya, sistem di no. 3 ditambahkan lagi perintahnya, pasien harus melakukan swab test ini...gerrrratis 👍 dan gak ribet prosesnya. Bisa di poliklinik terdekat 
  5. Dan ini niy..law enforcement nya; Jangan coba2 untuk melanggar aturan ini, baik dokter umum (misal gak ngasih order self quarantine atau swab test) atau pasien (misal tidak melaksanakan karantina atau gak hadir swab test)...kalo ketauan sangsi nya cuy...don’t play2 😬



Jun 13, 2020

Circuit Breaker Day#48

Minggu, 24 May 20

Selamat Hari Raya!
Selamat Lebaran!
Eid Mubbarak!
Sugeng Riyadi!

Versi Pandemic yang akan terus dikenang.
Dimulai dari Takbir Online…MUIS yang initiate dan di-relay oleh FB page mesjid-mesjid se Singapura.
Syahdu…:(

Oh ya, pembayaran zakat fitrah pun via online..salut dengan MUIS, ter-organize banget untuk mensupport umat dalam masa pandemic ini

Besoknya Sholat Hari Raya dipimpin oleh Imam Masjid Fernvale Lane Unit12-113 hehehehe. Karena memang sholat Ied berjamaah ditiadakan, dan disarankan untuk menyelenggarakan Sholat Ied di rumah masing-masing.

Ceramahnya dong..keren abis. 
Emak sampe takjub…gak nyangka ayah bisa buat materi ceramah yang mengena di hati. Beberapa hari sebelumnya, memang kita bahas tentang ceramah Hari Raya Ied ini. MUIS sendiri akan menyiarkan khotbah Ied oleh Mufti, jam 10 an.
Jadi ya aku dan Althaf pikir ya sholat Ied terus dengerin ceramah Mufti kemudian. Tapi ayah bilang, Udah nyiapin ceramah kok…

Setelah selesai sholat Ied, kita makan menu Lebaran duonggg…dan Ayah baru buat pernyataan, bahwa materi ceramah disupply oleh Nadirsyah Hosen :D :D


Dan ssttt..sumpah!..baru tau artinya Sugeng Riyadi itu Selamat Hari Raya wkwkwk…ambyaarr abis
Aku pikir selama ini itu tuh nama oranggg hahahaha. Emang bener ada kali ya orang yang namanya Sugeng Riyadi


Website untuk kita melakukan pembayaran zakat fitrah



Virtual Takbir disiarkan live oleh MUIS



Syahdu..


Ucapan Hari Raya kita...dengan background eneng Corona wkwkkw



Sugeng Riyadi wkwkkwkw
Video of ceramah to be uploaded...filesize nya masih kebesaran